ads sejarah1

blog

Minggu, 01 Agustus 2010

Niujie



Masjid Niujie adalah sebuah masjid bersejarah yang terletak di Beijing, Republik Rakyat Cina.[1][2] Masjid yang telah mengalami renovasi dan perluasan beberapa kali ini merupakan pusat komunitas Muslim Beijing yang jumlahnya mencapai 200 ribu jiwa.[1][2] Arsitekturnya memperlihatkan campuran desain khas Cina-Islam.[3] Masjid terbesar di Beijing ini juga menjadi titik awal masuknya Islam di daratan Cina.[4]
Masjid Niujie yang dibangun pada tahun ke-14 masa pemerintahan Tonghe dari Dinasti Liao (tahun 996) oleh dua orang asal Arab, merupakan masjid terbesar di antara 68 buah masjid di Beijing.[2][4] Masjid ini mengalami beberapa kali perluasan pada masa Dinasti Yuan, Ming dan Qing (abad ke-13 sampai 19).[2] Pada tahun 1442 (Dinasti Ming), bangunan masjid diperbaiki dan pada tahun 1696 (Dinasti Qing) diperluas.[4] Setelah Republik Rakyat Cina berdiri tahun 1949, Masjid Niujie telah mengalami 3 kali renovasi, masing-masing di tahun 1955, 1979 dan 1996.[2][4]

Masjid Niujie yang terletak di Niujie (Jalan Sapi), Distrik Xuanwu, Beijing, adalah masjid tertua dan paling besar di Beijing.[1][2] Niujie adalah wilayah padat berpopulasi 13.000 warga Muslim yang membentang dari utara ke selatan, sekitar satu mil di sebelah barat Kuil Surga.[2][5] Kawasan ini dipenuhi oleh toko-toko yang menjual masakan Muslim oleh penjualnya yang mengenakan peci putih.[2] Dinamakan Niujie karena warga di wilayah ini menjual masakan halal, terutama daging sapi maka dinamakan Niujie atau "Jalan Sapi".[5]
[sunting] Arsitektur
Bangunan utama.

Masjid Niujie memiliki arsitektur bangunan tradisional Cina dan Arab dan tidak menampilkan figur manusia dan hewan di dalamnya.[1] Luas keseluruhan komplek masjid mencapai 6000 m².[2][3] Beberapa komponen bangunannya antara lain ruangan ibadah, menara azan (bangge lou), menara pengamat bulan yang berbentuk heksagonal, serta dua buah paviliun tempat ukiran prasasti.[1][3][5]

Gerbang masuk berhadapan dengan tembok besar bertumpuan marmer berwarna putih yang panjangnya sekitar 40 meter.[1] Menara pengamat bulan yang terletak di dalam komplek berarsitektur heksagonal dan bertingkat dua.[1] Menara ini tingginya 10 meter, digunakan untuk mengetahui posisi bulan guna menentukan kalender Islam contohnya waktu berpuasa.[1][3] Masjid Niujie dibangun dengan arsitektur kayu menyimpan beberapa prasasti bersejarah.[3]

Di sebelah menara terdapat ruangan ibadah, aula utama daripada masjid yang memiliki luas 600 m².[1][3] Ruangan ini hanya terbuka bagi Muslim dan berkapasitas untuk 1000 jamaah.[1][3] Ruangan ibadah menghadap kiblat dan halamannya berada di sebelah timur.[3]

Interior bangunan didekorasi dengan arsitektur khas Cina dan sentuhan desain Arab.[2] Arsitektur khas Qing jelas terlihat pada desain aula utama ini.[6] Langit-langit di depan aula didekorasi dengan panel persegi, yang pada tiap sudutnya dilukis dengan desain lingkaran berwarna merah, kuning, hijau dan biru.[6] Pola dekorasi ini serupa dengan pola yang digambar di aula utama di Istana Terlarang.[6] Kaligrafi ayat-ayat Al Quran dalam aksara Arab dan Cina, lukisan bunga, serta hiasan kaca berwarna menghiasi ruangan ini.[1][2] Ruangan ini hanya dapat menampung 1000 jamaah dan terdiri atas 3 buah koridor yang lapang.[3] Terdapat pula 21 buah tiang yang menyangga bagian dalam bangunan.[3] Ruangan ibadah ini dinamakan juga dengan nama Aula Tungku.[3] Di belakang ruangan terdapat paviliun heksagonal (segi enam) yang membuat aula utama tampak seperti tungku, oleh karena itu dinamakan demikian.[3]

Di luar bangunan utama, terdapat dua buah paviliun yang pada salah satunya terdapat prasasti batu yang menuliskan tentang sejarah masjid.[1] Prasasti batu tersebut merekam pernyataan Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing setelah dilaksanakannya renovasi besar tahun 1696.[3][6] Prasasti tersebut menuliskan tentang tanggal pembangunan masjid serta tanggal renovasi dan penambahan bangunan di setiap periode sejak Dinasti Liao (907-1125).[6] Restorasi masjid pada masa pemerintahan Kangxi akhirnya menjadikan bentuknya yang dipengaruhi arsitektur Qing yang juga terlihat pada bangunan-bangunan utama yang didesain pada masa itu.[6]

Di bagian selatan komplek terdapat hutan cemara dan 2 buah makam bertuliskan aksara Arab milik 2 orang imam asal Persia yang berdakwah di sini, yakni makam Ahmad Burdani (berangka tahun 1320) dan Ali (tahun 1283).[1][2][3] Tulisan di makam tersebut sangat penting dalam memaparkan tentang sejarah Islam di Cina.[1]

Menara adzan (minaret) memiliki 2 tingkat dan terletak di tengah-tengah halaman.[3] Pada awalnya menara ini dibangun untuk menyimpan teks tulisan.[3] Pada masa berikutnya mulai digunakan sebagai menara adzan.[3] Saat waktu shalat tiba, muazzin akan naik ke menara dan memanggil orang-orang untuk beribadah.[3] Selain itu, komplek masjid juga memiliki perpustakaan yang menyimpan teks Al Quran dan pernah dijadikan sebagai tempat percetakan.[3] Di sebelah selatan halaman masjid terdapat tempat mengambil air wudhu untuk pria dan wanita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar